Dispro Sutradara
2.
Proses Kerja Sutradara
Dunia
pertelevisian yang dewasa ini tumbuh berkembang pesat, membuat industri film
semakin meningkat. Karena media penyampaiannya dalam bentuk audiovisual yang
mudah dicerna, sehingga industri ini semakin banyak diminati dan dinikmati oleh
hampir setiap individu. Selain untuk memberikan hiburan, televisi juga
memberikan banyak manfaat yang positif bagi para penikmatnya. Bahkan bagi para
pemasang iklan, dalam proses promosinya televisi dapat mendatangkan keuntungan
yang sangat besar. Namun dengan banyaknya stasiun televisi yang bermunculan,
membuat masyarakat dengan bebas memilih stasiun televisi mana yang mereka
gemari, serta asik untuk ditonton.Begitu pula dengan pemasang iklan, merekapun
memilih dan menentukan stasiun televisi mana yang pas untuk dapat dijadikan
tempat berpromosi.Hal inilah yang membuat stasiun televisi saling bersaing
untuk memberikan program-program acara yang menarik dan berkualitas, agar dapat
menarik minat penonton serta dapat mendatangkan para pemasang iklan dalam
jumlah yang banyak.
Hal seperti inilah
yang menjadi tugas berat bagi para produsen film tentunya dalam membuat sebuah
tayangan yang sudah tentu harus memiliki daya tarik penonton serta daya jual
yang tinggi.Dan berbicara mengenai kualitas, tidak sedikit film tayangan
televisi di Indonesia yang sering mengutamakan nilai-nilai kemewahan tanpa
memperhatikan nilai edukasi yang dapat mempengaruhi psikologis penonton.
Menurut Naratama (2004:62) “Buat mereka, yang penting ada pemeran (artis), ada
30
kamera,
dan ada peralatan paskaproduksi/editing, lalu langsung syuting. Hasilnya, acara
menjadi tidak fokus, ceritanya janggal, dan semua penonton sibuk ngedumel.”
Sutradara memegang peranan yang sangat penting baik pada saat pra produksi,
produksi, maupun pascaproduksi.Menurut daftar istilah dalam buku Mari Membuat
Film (2009:101) “Sutradara adalah orang yang mengontrol tindakan dan dialog di
depan kamera dan bertanggung jawab untuk merealisasikan apa yang dimaksud oleh
naskah dan atau produser.”
a.Pra Produksi
Langkah awal untuk
membuat sebuah film, adalah pada tahap ini. Seorang sutradara bersama penulis
naskah dan produser menyepakati ide awal yang telah dibuat oleh penulis naskah,
untuk dibedah secara mendalam guna menentukan arah dan tujuan film agar
penonton nantinya dapat memahami isi dari cerita film yang akan diproduksi,
serta mempertimbangkan tingkat kesulitan dari setiap adegan yang akan
diproduksi yang nantinya akan mempengaruhi biaya produksi. Ide cerita yang
telah dibentuk dalam skenario, kemudian dibedah oleh penulis kedalam bentuk director’s
treatment, shot list, danstory board. Menurut Saroengalo (2008:34)
“Sutradara juga mempunyai tugas di masa persiapan produksi ini, yaitu: Membedah
skenario, memahami skenario, menghafal skenario, menyerap skenario, menyatu
dengan skenario.”
b.Produksi
Pada
proses produksi, penulis menjelaskan adegan kepada kepala masing-masing
departement perihal urutan shot yang akan diambil berdasarkan breakdown
shooting.Serta penulis memberikan arahan kepada setiap pemain untuk
melakukan blocking yang disesuaikan dengan blocking kamera. Dan
pada tahap ini pula penulis memberikan pengarahan terhadap pemain mengenai
ekspresi yang harus diberikan pada saat pengambilan gambar, dan jika dirasakan
masih kurang, penulis mengkoreksi acting pemain hingga dirasakan pas
dengan pengadeganan yang dibutuhkan. Penulis pun mengambil keputusan yang cepat
dan tepat jika pada saat proses produksi ini mengalami kendala. Seperti
misalnya adegan yang dilakukan diruang terbuka, namun tiba-tiba cuaca tidak
bersahabat, maka penulis berinisiatif dan secara cepat mengambil keputusan
untuk merubah urutan breakdown shoot dengan pengambilan gambar di dalam
ruangan terlebih dahulu. Setelah proses shooting selesai, penulis melihat hasil
syuting setiap harinya untuk memastikan bahwa tidak ada shot yang terlewat yang
dapat menghambat pada saat proses editing nantinya.
c.Pasca Produksi
Pada tahap ini penulis memilih shot yang
dianggap bagus dari hasil shooting. Menurut Saroengallo (2008:171) “Penyuntingan
adalah proses kerja sama yang panjang antara Sutradara dan penyunting, baik
Penyunting gambar maupun penyunting Suara.” Pada proses pasca produksi ini,
penulis mendampingi editor untuk mengarahkan editing agar menjadi sebuah jalan
cerita yang memiliki unsur dramatik, serta nilai estetika yang sesuai dengan
skenario, serta kontinuitas yang benar.Penulis juga memperhatikan proses
editing dari berbagai aspek, diantaranya metode penyambungan yang dilakukan
oleh editor pada setiap pemotongan shot, dan pada saat editor memberikan
transisi dalam setiap penyambungan gambar. Aspek lainnya yaitu colour
grading. Agar editor tidak lari jauh dari konsep penyutradaraan yang telah
dikonsepkan oleh penulis, maka penulis pun memberikan arahan dengan memberikan
penjelasan dari keinginan penulis atas colour grading yang dapat
memberikan Cerita “Wayang Cepak Ftv” ini. Dan bersama dengan penata suara pula
penulis mengarahkan dan memilih ambience, sound FX, serta ilustrasi
musik yang sesuai dengan adegan pada film, serta menjaga kualitas suara
terutama pada saat terjadi dialog diantara para pemain.
4. Peran dan Tanggung Jawab Sutradara
Menurut
Sartono (2008:220) “Pengarah/Sutradara juga dikenal sebagai Directing adalah
jabatan yang bertanggung jawab membantu produser untuk melaksanakan pekerjaan
mengarahkan para tenaga kerja produksi program agar berjalan dengan lancar dan
berhasil. Oleh karena itu dibutuhkan orang yang memiliki kemampuan managerial
yang baik.” Kualifikasi kemampuan seorang sutradara yang diharapkan adalah
sebagai berikut:
a. Membaca dan menginterpretasikan naskah
b. Mengatur proses seleksi pemeran / artis
c. Mengatur latihan pemeran
d. Menyutradarai / mengarahkan para pemain
e. Mengarahkan kru
f. Bekerjasama dengan penyunting / penulis naskah untuk menyelesaikan
produksi
g. Menentukan
cakupan kamera
5. Proses Penciptaan Karya
a. Konsep Kreatif
0 komentar:
Post a Comment